RESUME BUKU
Judul Buku : Wastu Citra (Pengantar ke Ilmu Budaya
Bentuk Arsitektur, Sendi-sendi Filsafatnya Beserta Contoh-contoh Praktis)
Pengarang : Y. B. Mangunwijaya
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta (Cetakan
kelima, April 2013)
BAB 3
Guna dan Citra
Rumah manusia merupakan bangunan, meskipun benda mati
namun bukan berarti tak “berjiwa” yang selalu dinapasi oleh kehidupan manusia,
oleh watak dan kecenderungan-kecenderungan, oleh napsu dan cita-citanya. Rumah
adalah CITRA sang manusia pembangunnya. Seperti pakaian dimana orang lain dapat
mengambil kesimpulan banyak tentang watak-sikap si pembuatnya, tentang
cita-citanya yang mulia atau kekosongannya. Tidak berbeda dari pakaian,
rumahpun memBAHASAkan cerminan diri kita. Maka dalam membangun rumah atau
bangunan lain, ada dua lingkungan masalah yang perlu kita perhatikan yaitu: Lingkungan
masalah GUNA dan Lingkungan masalah CITRA.
GUNA
Guna didefinisikan oleh Yusuf Bilyarta Mangunwijaya
sebagai keuntungan, “pemanfaatan” yang diperoleh. “Pelayanan” yang dapat kita dapat darinya. Guna dalam arti kata
aslinya tidak hanya berarti bermanfaat, untung materiil belaka, tetapi lebih
dari itu punya “daya” yang menyebabkan kita bisa hidup lebih meningkat. Jika udara
panas, rumah bisa berdaya guna karena di dalamnya tetap sejuk, suasana kerja
bergairah, iklim pergaulan lebih enak. Sedangkan jika malam dingin, di dalam
rumah suasana tetap hangat sehingga bisa tidur dengan nyaman.
CITRA
Sedang elemen “Citra” dipaparkan
oleh Romo Mangunwijaya sebagai suatu “gambaran” (image), suatu kesan
penghayatan yang menangkap ”arti” bagi seseorang. Citra tidak jauh sekali dari
guna, tetapi lebih bertingkat spirituil, lebih menyangkut derajat dan martabat manusia
yang menghuni bangunannya. Lebih lanjut Romo Mangun menulis bahwa : “Citra menunjuk
pada tingkat kebudayaan sedangkan Guna lebih menuding pada segi ketrampilan/kemampuan.
Citra adalah “lambang yang membahasakan” segala yang manusiawi, indah dan agung
dari dia yang membangunnya, kesederhanaan dan kewajarannya yang memperteguh
hati setiap manusia.
Contoh Guna dan Citra:
Lumbung Padi dari Minang
Guna: Bangunan ini memiliki perihal
kegunaan dan struktur konstruksi yang bermutu tinggi serta mampu mengatasi
masalah alam dengan cerdas. Bangunan ini dibuat dengan dinding yang cukup rapat
terbuat dari bahan bambu untuk menahan hujan disertai lubang ventilasi agar
tidak membusuk jika terkena kelembaban. Diperkuat oleh sekur-sekur silang. Atap
yang sangat terjal dengan kulit atap rapat dari seng sehingga air hujan cepat
mengalir. Dan disangga oleh keempat tiang yang berdiri dengan alas batu
kerempeng. Batu menghalang-halangi kelembaban masuk tiang. Peletakan bebas pada
sendi semacam ini benar-benar kebal terhadap goncangan gempa bumi.
Citra: Bentuk dan gaya bahasanya
laras terhadap alam sekitar, yang bergunung-gunung memuncak seperti atap
lumbung itu. Alas sempit dan tubuh melebar semakin ke atas mencitrakan manusia
Minang yang tidak berbudi rendah, tetapi bagaikan asap gunung berapi, membubung
dan semakin melebar di atas. Walaupun “hanya” lumbung, namun bangunan kecil ini
membahasakan jiwa Minang yang rajin dan cerdas mempergunakan modal anugerah
bumi-alam tanah air. Namun tidak hanya mengejar efisiensi belaka atau
pragmatika hantem kromo.
Contoh Guna:
Rumah Raksasa
Rumah Kolonial
Contoh Citra:
Perabot makan minum desain Sori Yunagi (lahir 1915 di Tokyo) yang
a.l. mendapat medali emas dalam pameran Trienale XI di Milano, Italia.
Istana kristal, gedung pameran abad ke-19 yang termasyhur (arsitek:
Joseph Paxton) dan terbuat dari besi dan kaca.
Pabrik cokelat di Noisi surle Marne, Prancis (1871-1872) Arsitek:
Jules Saulnier.
Gedung pencakar langit (Standard Bank Center, Johannesburg)
Arsitek: Hentrick Petschnigg & Partner.
Monsanto House of the Future, Disneyland 9 Calif, USA. Dibuat dari
plastik. Lihatlah konsekuensi bahan pada bentuk. Rencana ini merupakan
pertanda, bahwa zaman teknologi modern membawa perubahan-perubahan pula pada
prinsip-prinsip berarsitektur.