Pengertian Arsitektur Vernakular
Arsitektur vernakular adalah arsitektur yang tumbuh dan berkembang
dari arsitektur rakyat yang lahir dari masyarakat etnik dan berakar pada
tradisi etnik, serta dibangun oleh tukang berdasarkan pengalaman (trial
and error), menggunakan teknik dan material lokal serta merupakan
jawaban atas setting lingkungan tempat bangunan tersebut berada dan
selalu membuka untuk terjadinya transformasi. Indonesia sebagai salah satu negara di Asia
Tenggara merupakan negara kepulauan terbesar didunia yang terdiri dari
berbagai suku, bahasa, agama, serta berbagai macam budaya dan etnik yang
merupakan jati diri dari tiap-tiap daerah. Selain itu masing-masing
daerah di Indonesia juga mempunyai satu atau beberapa tipe rumah
tradisional yang unik yang dibangun berdasarkan tradisi-tradisi
arsitektur vernakular dengan gaya bangunan tertentu yang menunjukkan
keanekaragaman yang sangat menarik. Dan seiring dengan perjalanan waktu,
tradisi dan gaya bangunan yang baru dan berbeda-beda akan muncul, akan
tetapi dalam beberapa hal tradisi arsitektur vernakular masih dapat
bertahan. Menurut Sonny Susanto, salah seorang dosen arsitek pada
Fakultas Teknik Universitas Indonesia mengatakan bahwa arsitektur
vernakular merupakan bentuk perkembangan dari arsitektur tradisional,
yang mana arsitektur tradisional masih sangat lekat dengan tradisi yang
masih hidup, tatanan kehidupan masyarakat, wawasan masyarakat serta tata
laku yang berlaku pada kehidupan sehari-hari masyarakatnya secara umum.
Meskipun arsitektur tradisional berkembang, namun tetap
mempertahankan karakter inti yang diturunkan dari generasi ke generasi
yang menjadikannya sebagai karakter kuat akan suatu tempat tertentu dan
akan tercermin pada tampilan arsitektur lingkungan masyarakat tersebut.
Dalam perkembangannya, arsitektur vernakular mengalami banyak tekanan,
baik dari dalam maupun dari luar, antara lain dari masyarakat industri
barat yang menebarkan potensi dari teknologi modern dan bahan bangunan
modern. Pada masa sekarang ini dimana modernisasi dan globalisasi
demikian kuat mempengaruhi peri kehidupan dan kebudayaan setempat, suatu
kondisi yang alami apabila suatu kebudayaan pasti akan mengalami
perubahan kebudayaan setempat, namun perubahan yang diinginkan adalah
perubahan yang akan tetap memelihara karakter inti dan akan menyesuaikan
dengan kondisi pada saat ini, sehingga akan dapat terus dipertahankan.
Peran dan Fungsi Arsitektur Vernakular
Di dalam konteks arsitektur, peran dan fungsi arsitektur vernakular menjadi penting bukan hanya di Indonesia saja tetapi juga di Asia, karena Asia terdiri dari berbagai macam budaya dan adat yang berlainan di berbagai wilayahnnya, dimana setiap wilayah memiliki ciri arsitektur yang spesifik dan berasal dari tradisi. Antara tradisi dan arsitektur vernakular sangat erat hubungannya. Tradisi memberikan suatu jaminan untuk melanjutkan kontinuitas akan tatanan sebuah arsitektur melalui sistem persepsi ruang, bentuk, dan konstruksi yang dipahami sebagai suatu warisan yang akan mengalami perubahan secara perlahan melalui suatu kebiasaan. Misalnya bagaimana adaptasi masyarakat lokal terhadap alam, yang memunculkan berbagai cara untuk menanggulangi, misalnya iklim dengan cara membuat suatu tempat bernaung untuk menghadapi iklim dan menyesuaikannya dengan lingkungan sekitar dan dengan memperhatikan potensi lokal seperti potensi udara, tanaman, material alam dan sebagainya, maka akan terciptalah suatu bangunan arsitektur rakyat yang menggunakan teknologi sederhana dan tepat guna. Kesederhanaan inilah yang merupakan nilai lebih sehingga tercipta bentuk khas dari arsitektur vernakular dan tradisional serta menunjukkan bagaimana menggunakan material secara wajar dan tidak berlebihan. Hasil karya ‘rakyat’ ini merefleksikan akan suatu masyarakat yang akrab dengan alamnya, kepercayaannya, dan norma-normanya dengan bijaksana.
Sejarah Arsitektur Vernakular
Di Indonesia, berbagai jenis rumah tradisional dianggap sebagai tradisi vernakular Indonesia dan dipercaya memiliki kesamaan asal muasal dari tradisi pembangunan kuno. Hal ini terutama dirujukkan pada tradisi arsitektur Austronesia yang dipandang sebagai bagian yang tak terpisahkan dari ekspansi budaya Austronesia. Asal muasal dari tradisi arsitektur ini dapat dirunut kembali hingga budaya manusia kuno yang mendiami daerah pantai dan sungai-sungai Cina Selatan dan Vietnam Utara kurang lebih 4000 tahun SM. Pada masa itu, kelompok-kelompok masyarakat melakukan migrasi dan diperkirakan memiliki kesamaan tradisi arsitektur yang dinamai dengan tradisi arsitektur Austronesia, dan sebagai konsekuensinya, maka hampir di seluruh kepulauan Indonesia rumah tradisional yang merupakan warisan arsitektur vernakular memiliki kesamaan bentuk, baik dari bentuk bangunan serta dari bentuk morfologis struktur dasarnya.
Bentuk struktur dan fitur morfologis rumah-rumah tradisional
Indonesia terdiri atas dua macam, yaitu rumah tradisional yang dibangun
berdasarkan prinsip tipikal tradisi arsitektural Austronesia kuno yaitu:
struktur kotak yang didirikan di atas tiang fondasi kayu, dapat ditanam
kedalam tanah atau diletakkan di atas permukaan tanah dengan fondasi
batu, lantai panggung, atap miring dengan jurai yang diperpanjang dan
bagian depan atap yang condong mencuat keluar.
Sedangkan di bagian timur kepulauan Indonesia banyak tipe rumah
tradisional digolongkan sebagai bagian dari tradisi arsitektur
vernakular, dimana pada bentuk bangunannya biasanya memiliki: lantai
berbentuk lingkaran dan berstruktur atap kerucut tinggi seperti bentuk
sarang tawon atau struktur atap berbentuk kubah elips.
Rumah tradisional di seluruh kepulauan nusantara, baik yang berbentuk
kotak maupun yang berstruktur atap kubah, biasanya dibangun dengan kayu
dan material alami lainnya seperti bambu, daun palem, rumput, dan serat
yang semuanya diambil langsung dari lingkungan alaminya. Selain itu,
rumah dibangun oleh penghuninya sendiri atau masyarakat yang kadang
dibantu oleh pengrajin terlatih atau dibawah petunjuk pengawas bangunan
yang berpengalaman atau keduanya. Berbeda dengan konstruksi fisiknya,
rumah tradisional di seluruh kepulauan nusantara memiliki kesamaan ciri
dalam terminologi makna simbolik yang dikandung oleh rumah, dimana
ukuran dan bentuk rumah mengindikasikan tingkat sosial dan status dari
pemiliknya didalam masyarakat. Rumah juga sering dipandang sebagai
tempat bersemayam nenek moyang dan digunakan sebagai tempat ritual dan
upacara untuk menghormati mereka, dan juga digunakan saebgai tempat
penyimpanan benda-benda pusaka nenek moyang. Ciri penting umum lainnya
adalah penggunaan berbagai jenis oposisi polar dalam ruang, seperti
depan dan belakang, timur dan barat, kiri dan kanan, serta dalam dan
luar yang disesuaikan dengan pembedaan kelas diantara berbagai kelompok
sosial masyarakat kesukuan secara umum.
Beberapa Kategori Tradisi Vernakular Arsitektur di Indonesia
Masyarakat yang mendiami daerah pedalaman, terutama di pegunungan mempunyai tradisi yang bila dilihat dari perspektif sejarah kebudayaannya dianggap lebih tua dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di dataran rendah atau area pantai. Bangunan tradisional yang dibangun oleh masyarakat yang tinggal dipedalaman dianggap memperlihatkan kemiripan yang lebih besar dengan tradisi arsitektural dan ragam bangunan Austronesia dan dengan tradisi yang tergambar di Candi Borobudur di Jawa Tengah daripada masyarakat yang tinggal di daerah dataran rendah dan di pantai. Rumah tradisional yang dibangun oleh masyarakat Toraja di Sulawesi selatan dan masyarakat Batak yang tinggal di Sumatra Utara dipandang sebagai bentuk rumah tradisional yang lekat dengan tradisi arsitektur vernakular dari nenek moyang mereka. Masyarakat Aceh di Sumatra Utara, masyarakat Baduy dan Tengger di Pulau Jawa, masyarakat Bali Aga (Bali Mula) di Bali, dan masyarakat Dayak di Pulau Kalimantan, serta beberapa masyarakat dikepulauan Indonesia Timur juga dianggap sebagai ‘masyarakat kuno’, akan tetapi, rumah tradisional mereka jika dari sudut pandang kebudayaan, sebenarnya termasuk dalam tradisi arsitektur asing yang muncul di kepulauan Indonesia yang merupakan bagian dari ekspansi Hindu-Buddha, Islam, dan Eropa.
Oleh karena itu, ada beberapa kategori tradisi vernakular arsitektur dan langggam bangunan Indonesia, yaitu:
- Bangunan tradisional yang dibangun berdasar tradisi kuno Austronesia
Rumah tradisional Indonesia saat ini yang merupakan contoh rumah yang
mempunyai karakter dasar dan fitur tradisi dari arsitektur vernakular
yang masih kuat dapat ditemukan dibeberapa daerah pedalaman di berbagai
pelosok Nusantara, seperti dapat dilihat pada rumah Batak dan rumah
Tongkonan Toraja, keduanya memiliki beberapa perbedaan yang umumnya
tampak bahwa rumah-rumah ini dibangun dengan mengikuti tradisi
arsitektur vernakuler kuno dan langgam bangunan Austronesia sebelum
adanya tradisi dan langgam bangunan Hindu-Budha, Islam, dan kolonial
Belanda.
• Rumah Batak
Rumah tradisional masyarakat Batak yang mendiami pedalaman pegunungan di sekitar Danau Toba dan di Pulau Samosir di Provinsi Sumatra Utara merupakan bentuk umum dan fitur tradisi arsitektur kuno di Indonesia. Masyarakat Batak terbagi atas enam keluarga besar, yang membangun rumah tradisional dan pengaturan rumah mereka dengan cara yang berbeda-beda tergantung pada pertanian yang mereka garap. Disamping itu, tradisi arsitektur vernakular Batak juga terdapat pada bangunan komunal (bale), lumbung padi (soro), serta bangunan untuk menggiling beras dan rumah untuk orang menyimpan jenazah (joro).
Rumah tradisional masyarakat Batak yang mendiami pedalaman pegunungan di sekitar Danau Toba dan di Pulau Samosir di Provinsi Sumatra Utara merupakan bentuk umum dan fitur tradisi arsitektur kuno di Indonesia. Masyarakat Batak terbagi atas enam keluarga besar, yang membangun rumah tradisional dan pengaturan rumah mereka dengan cara yang berbeda-beda tergantung pada pertanian yang mereka garap. Disamping itu, tradisi arsitektur vernakular Batak juga terdapat pada bangunan komunal (bale), lumbung padi (soro), serta bangunan untuk menggiling beras dan rumah untuk orang menyimpan jenazah (joro).
- Bangunan tradisional yang dibangun berdasar percampuran
Karakter dan fitur rumah yang menampilkan perpaduan antara tradisi
vernakular kuno dan tradisi arsitektural asing sudah lebih sulit
dkenali. Karakter umum rumah-rumah tersebut adalah perpaduan antara
bentuk dasar dan fitur tradisional dan langgam Austronesia berpadu
kedalam tradisi dan langgam bangunan yang datang sesudahnya yaitu,
Hindu-Buddha, Islam, China, dan kolonial Belanda yang mana menghasilkan
berbagai bentuk percampuran dengan karakter yang berbeda-beda dan sering
disebut dengan nama yang khusus, seperti tipe “rumah tradisional
melayu”. Beberapa dari rumah tersebut sangat serupa dengan bangunan yang
dibangun dengan tradisi arsitektural dan langgam bangunan kuno
Austronesia, tetapi beberapa diantaranya telah sulit dipahami akarnya,
salah satu contoh yaitu rumah Aceh dan Gayo.
• Rumah Aceh
Rumah tradisional masyarakat Aceh merupakan sebuah contoh percampuran tradisi arsitektural dan langgam bangunan Austronesia dengan tradisi dan langgam bangunan masyarakat melayu. Bentuk luar rumah merupakan bentuk rumah Austronesia yaitu struktur tegak berupa tiang kayu, lantai yang ditinggikan sebagai ruang keluarga, dan bentuk atap pelana yang meruncing tinggi. Pembagian ruang dalam sama dengan rumah Melayu, yaitu lantai bagian yang berbeda berada diketinggian yang berbeda pula dan diatur secara berurutan. Ruang tidur yang terletak dibagian tengah rumah dengan lantai yang paling tinggi merupakan bagian yang paling penting, biasanya ditutupi dengan atap dan langit-langit dimana terdapat ruang yang digunakan untuk menyimpan benda-benda keramat, alat makan, dan pusaka. Didepan dan belakang terdapat beranda yang terletak diketinggian lantai yang lebih rendah, beranda depan digunakan untuk laki-laki dan menerima tamu, sedangkan beranda belakang digunakan untuk perempuan. Rumah tradisional Aceh biasanya disusun saling berhadapan sepanjang jalan yang membentang dari timur-barat. Hasilnya adalah rumah yang menghadap ke utara atau ke selatan.
Rumah tradisional masyarakat Aceh merupakan sebuah contoh percampuran tradisi arsitektural dan langgam bangunan Austronesia dengan tradisi dan langgam bangunan masyarakat melayu. Bentuk luar rumah merupakan bentuk rumah Austronesia yaitu struktur tegak berupa tiang kayu, lantai yang ditinggikan sebagai ruang keluarga, dan bentuk atap pelana yang meruncing tinggi. Pembagian ruang dalam sama dengan rumah Melayu, yaitu lantai bagian yang berbeda berada diketinggian yang berbeda pula dan diatur secara berurutan. Ruang tidur yang terletak dibagian tengah rumah dengan lantai yang paling tinggi merupakan bagian yang paling penting, biasanya ditutupi dengan atap dan langit-langit dimana terdapat ruang yang digunakan untuk menyimpan benda-benda keramat, alat makan, dan pusaka. Didepan dan belakang terdapat beranda yang terletak diketinggian lantai yang lebih rendah, beranda depan digunakan untuk laki-laki dan menerima tamu, sedangkan beranda belakang digunakan untuk perempuan. Rumah tradisional Aceh biasanya disusun saling berhadapan sepanjang jalan yang membentang dari timur-barat. Hasilnya adalah rumah yang menghadap ke utara atau ke selatan.
- Bangunan tradisional yang dibangun berdasar transformasi
Dibeberapa daerah di Indonesia yaitu Jawa, Madura, Bali, dan Lombok
Barat, bentuk dan fitur yang umum dipakai pada tradisi arsitektur
vernakular kuno telah dilebur dengan tradisi dan langgam bangunan yang
datang setelahnya. Dengan adanya peleburan ini, maka bentuk dan fitur
telah diubah hingga sulit untuk dikenali lagi dan ada juga yang telah
diganti secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan adanya dampak dari
pengglobalan dan pembudayaan Hindu-Buddha (antara abad kedua hingga
kelima), dan ekspansi kultural islam (sesudah abad kedua belas),
ditambah dengan adanya pertumbuhan politik berbasis Negara yang sangat
tersentralisasi yang mempengaruhi semua sektor kehidupan sosial dan
mempengaruhi semua sisi kehidupan, Dengan kata lain tipe rumah
tradisional dibagian kepulauan Indonesia ini adalah hasil dari proses
transformasi dari prinsip arsitektural asing dengan bentuk dan fitur
yang merupakan warisan dari tradisi kultural domestik.
• Rumah Bali
Warisan aritektur tradisional masyarakat Bali merupakan contoh percampuran antara bentuk dan fitur lama dan baru. Hal ini sebagian besar disebabkan dari sekelompok masyarakat elite migrasi Hindu-Buddha dari Jawa Timur untuk menghindari dominasi raja-raja islam. Karena kehadiran mereka yang lama dan dominasi politis serta pengaruh budaya maka tradisi arsitektural masyarakat yang lebih tua didaerah dataran rendah ikut berubah. Namun tradisi vernakular dan langgam bangunan kuno tetap dipraktikkan oleh masyarakat Aga yang mendiami daerah pedalaman dan pegunungan Bali. Dengan demikian, ada dua tipe rumah tradisional Bali, tipe rumah kelompok pemukiman masyarakat Bali yaitu percampuran bentuk tradisi antara fitur lama dan baru, yang kedua yaitu tipe rumah tradisional Bali Aga yang masih berpegang pada tradisi vernakular dan langggam bangunan kuno.
Warisan aritektur tradisional masyarakat Bali merupakan contoh percampuran antara bentuk dan fitur lama dan baru. Hal ini sebagian besar disebabkan dari sekelompok masyarakat elite migrasi Hindu-Buddha dari Jawa Timur untuk menghindari dominasi raja-raja islam. Karena kehadiran mereka yang lama dan dominasi politis serta pengaruh budaya maka tradisi arsitektural masyarakat yang lebih tua didaerah dataran rendah ikut berubah. Namun tradisi vernakular dan langgam bangunan kuno tetap dipraktikkan oleh masyarakat Aga yang mendiami daerah pedalaman dan pegunungan Bali. Dengan demikian, ada dua tipe rumah tradisional Bali, tipe rumah kelompok pemukiman masyarakat Bali yaitu percampuran bentuk tradisi antara fitur lama dan baru, yang kedua yaitu tipe rumah tradisional Bali Aga yang masih berpegang pada tradisi vernakular dan langggam bangunan kuno.
- Tradisi arsitektur vernakular dan langgam bangunan Indonesia Timur.
Di bagian timur kepulauan Indonesia, didiami oleh masyarakat yang
berbeda-beda namun tetap mempunyai beberapa kesamaan karakter kultural
yaitu menghormati arwah para nenek moyang, ritual pemakaman yang sangat
rumit, tradisi panjang peperangan antar suku dan antardesa yang
baru-baru ini saja ditinggalkan dibandingkan dengan bagian lain dari
kepulauan Indonesia. Apapun bentuk yang dibangunnya, rumah asli mereka
masih memainkan peran yang sangat penting, beberapa contoh rumah yang
paling dikenal dari tradisi vernakular arsitektur yaitu rumah
tradisional masyarakat Sasak dibagian timur Pulau Lombok, masyarakat
Manggarai dan Ngada di pulau Flores, masyarakat Atoni di pulau Timor,
dan masyarakat Dani di pedalaman Papua, di bagian barat New Guinea. Di
kepulauan ini, rumah tradisional terbagi dalam dua bentuk arsitektural
utama, yang pertama adalah rumah yang mewakili sejumlah fitur dasar dan
karakteristik tradisi arsitektur vernakular Austronesia dan terdapat dua
variasi yaitu rumah yang didirikan diatas struktur tiang, terletak di
permukaan tanah dan bentuk rumah tradisional yang berdenah lantai
melingkar, dengan struktur atap kerucut melingkar seperti rumah tawon,
sehingga menciptakan rumah tradisioanl yang unik yang membedakannya
dengan rumah tradisional lain di kepulauan Indonesia.
• Rumah Sasak
Masyarakat Sasak mendiami pulau Lombok dibagian timur dan selatan. Lain halnya dengan tradisi kultural Hindu-Buddha masyarakat Bali yang mendiami bagian barat pulau, kultur masyarakat sasak adalah sinkretis antara keimanan Islam dan kepercayaan serta praktik animistis. Merefleksikan hal ini, maka arsitektur rumah tradisional dan bangunan lain jelas mewakili percampuran antara tradisional Bali dan gaya tipikal bangunan Indonesia Timur. Adapun contoh bangunan yang dapat diklasifikasikan sebagai arsitektur vernakular yaitu rumah tradisional Sasak dan gudang padi atau lumbung. Jika dipandang dari luar, struktur atap rumah tradisional Sasak kelihatan sama dengan rumah tradisioanal tipe joglo yang dibangun masyarakat Jawa. Gudang atau tempat penyimpanan padi sangat serupa dengan beberapa jenis rumah tradisional yang ditemukan dibagian lain daerah Nusa Tenggara yang mengarah ke timur.
Masyarakat Sasak mendiami pulau Lombok dibagian timur dan selatan. Lain halnya dengan tradisi kultural Hindu-Buddha masyarakat Bali yang mendiami bagian barat pulau, kultur masyarakat sasak adalah sinkretis antara keimanan Islam dan kepercayaan serta praktik animistis. Merefleksikan hal ini, maka arsitektur rumah tradisional dan bangunan lain jelas mewakili percampuran antara tradisional Bali dan gaya tipikal bangunan Indonesia Timur. Adapun contoh bangunan yang dapat diklasifikasikan sebagai arsitektur vernakular yaitu rumah tradisional Sasak dan gudang padi atau lumbung. Jika dipandang dari luar, struktur atap rumah tradisional Sasak kelihatan sama dengan rumah tradisioanal tipe joglo yang dibangun masyarakat Jawa. Gudang atau tempat penyimpanan padi sangat serupa dengan beberapa jenis rumah tradisional yang ditemukan dibagian lain daerah Nusa Tenggara yang mengarah ke timur.
Bagaimana Melestarikannya
Karya arsitektur peninggalan masa lalu yang tersebar di seluruh wilayah kepulauan Nusantara contohnya bangunan purbakala yaitu arsitektur candi/kuil sebagian besar sudah tidak difungsikan sebagaimana seharusnya, demikian halnya dengan bangunan peninggalan bangsa lain seperti Portugis, Belanda, apabila kondisi bangunan cukup baik, akan dimanfaatkan dengan fungsi baru. Sedangkan arsitektur etnik yang kebanyakan adalah rumah tinggal dan rumah adat sampai saat ini sebagian besar masyarakat setempat masih tetap membangun bangunan baru dengan gaya lama. Di beberapa tempat di Indonesia dalam empat puluh tahun terakhir ini, telah banyak usaha yang dilakukan untuk menghentikan kepunahan lebih lanjut rumah tradisional dan hilangnya tradisi arsitektur vernakular. Bangunan yang memiliki kepentingan sejarah dipelihara dan dilestarikan sebagai monumen. Sebagai tambahan, di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) disana terdapat berbagai jenis model rumah tradisional. Di samping itu di beberapa daerah, bangunan pemerintah dirancang dengan menampilkan aspek yang paling mencolok atau paling umum di daerah tersebut, semuanya itu dilakukan untuk melestarikan tradisi dan warisan budaya serta kebanggaan akan identitas kedaerahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar